Menjalankan Tugas Tridharma Perguruan Tinggi-90: Reminiscence Perjalanan, Pengalaman, dan Pelajaran
Setelah mendapat surat penerimaan untuk posisi status Teaching Assistant (TA) dan graduate student dari University of Arizona (U of A), aku mulai mem-fokus-kan energi-ku untuk menyelesaikan thesis ber topik penentuan struktur molekul2 terpenes di lada hitam “pepper cubeba”
untuk selesai sebelum bulan Agustus 1982.
Waktu menulis Thesis, aku nginap sementara ke rumah Pamanku (anak dari adek Ompung ku) dari keluarga Omakku yang berada di Sunter.
Ini karena, aku tak bisa konsentrasi di tempat Indekos kami di bekas Mess Auri Jalan Dr. Saharjo yang sekarang berada di Seberang jalan dari Restoran Batak Toba Tabo di Ujung pertemuan Segitiga Manggarai menuju ke Tebet.
Waktu itu lokasi Restoran Toba Tabo adalah rumah kakak beradik dua cewek2 boru Nasution yang sering kongkow2 dengan kami anak2 mahasiswa perantauan di Mess Auri Jalan Saharjo.
Kalau mereka ulang tahun, kami biasanya di undang merayakan ulang tahun di rumah mereka. Maklumlah, sebagai orang perantau di Jakarta, kalau di undang makan enak di acara birthdays mereka, kami pastilah datang.
Kenapa aku tak bisa konsentrasi
nulis Thesis di rumah kos2an?
Ini karena Abangku yang nomer satu selalu maen CB radio setiap malam seqiu…sequian… berkomunikasi melalui udara ke seluruh penjuru Indonesia menggunakan pemancar rakitan Abangku yang nomer dua.
Setelah selesai sarjana, akupun di wisuda dari UI. Teman baikku RN dari SMA Katholik, Medan datang sewaktu aku di Wisuda di Kuningan.
Dokter RN anak FKUI yang datang ke UI tahun 1977 setahun setelah aku masuk Kimia UI tahun 1976. Walaupun aku nggak berada di Medan, kalau RN pulang ke Medan dia berkunjung kerumah ku dan kongkow2 dengan Bapak dan Omak ku.
Kalau tak salah, dia masuk FK USU tahun 1976 bersamaan dengan sewaktu aku nggak diterima di FKUI tapi diterima di Kimia UI.
Setahun kemudian RN di terima di FKUI, tahun 1977. Awal tahun 1977, aku terkejut ketemu RN di sekitar taman FEUI di Salemba dekat gedung FIPIA, UI dimana aku kuliah.
Kemudian aku sering ketemu RN bersama pacarnya anak FKUI juga karena mahasiswa tahun pertama FKUI selalu mengambil kelas di ruang Empat di sebelah taman FEUI dekat gedung FIPIA UI dimana aku sering nongkrong sama kawan2 ku.
Pada bulan September 1981, aku ketemu dan di interview Prof. GW yang berasal dari Department Kimia, University of Arizona (U of A). Karena rekomendasi dialah, aku diterima untuk sekolah di U of A sebagai graduate student dan mendapat posisi sebagai Teaching Assistant (TA).
Sebenarnya, atas rekomendasi Prof. GW, aku juga diterima sebagai graduate student dan Teaching Assistant di University of Hawaii dan Syracuse University; tetapi, aku memilih U of A karena udara di Tucson cukup hangat dan daerah nya seperti daerah yang sering ku tonton di pilem Koboi. Aku juga ingin tinggal di mainland USA dari pada terisolasi di Hawaii walaupun udara nya seperti di Indonesia.
Pada bulan Maret 1982, aku menerima surat dari Department of Chemistry, University of Arizona yang menyatakan bahwa aku diterima sebagai Graduate Student dan di beri posisi sebagai TA.
Dengan posisi TA ini, aku harus mengajar laboratori Kimia tiga kali seminggu dari Jam 1:00 siang sampai jam 5:00 sore. Jadi biaya hidup didapat kan dari gaji sebagai TA.
Awal bulan Agustus 1982, sebulan sesudah Wisuda di Kuningan, Jakarta, aku berangkat ke US dengan meggunakan kapal terbang PanAm Airlines melalui Narita (Tokyo), Jepang.
Waktu itu, aku berumur 24 tahun dan seumur hidupku baru pertama kali ini naik kapal terbang.
Biasanya, kalo pulang ke Medan dari Jakarta, aku selalu naik Kapal laut Tampomas dan tiga hari dua malam berada di Dek kapal Tampomas ber atapkan langit biru dengan bintang2 yang indah di tengah malam yang disambut dengan angin laut yang sepoi-sepoi meniup dan melambai.
Tapi kalau hujan, hajab lah awak ni di Dek Tampomas dan aku harus mencari perlindungan dari hujan bersama koper dan tikar ku.
Yang paling kuingat kalau naek kapal Tampomas, kita di beri makan nasi yang tak matang alias nasinya masih mengandung beras dan ikan teri besar yang pahit rasanya.
Terkadang aku beruntung karena ada ibu2 di sekitar tikar ku di Dek Tampomas yang bawa lauk enak seperti rendang. Mereka kayaknya kasihan melihat aku sehingga mereka sharing rendang atau lauk mereka ke aku. Thanks Ibu2, whoever you are!
Kembali ke cerita keberangkatan ku ke Tucson, Arizona. Dengan menggunakan PanAm (yang sudah bangkrut), kami “layover” sekitar 18 Jam di Narita dan di berikan Hotel oleh PanAm. Narita-lah kota pertama yang ku-injak di luar Indonesia.
Di Narita, aku sempat keliling kota dengan berjalan kaki. Aku juga makan malam di sebuah restoran murah meriah di Narita.
Sewaktu di Pesawat, aku bertemu dan duduk di sebelah seorang dosen muda dari Jurusan Farmasi, Universitas Gajah Mada (UGM) yang bernama Pak SM yang lebih senior dari aku, boleh maklum, karena waktu itu aku masih anak bawang yang belum genap berumur 24 thn.
Disebelah Pak SM, ada se-orang dosen sebayanya Pak SM dari Fakultas Economy, UGM yang nama-nya aku lupa (kalau tak salah Pak E). Mereka sudah mapan mengajar di UGM sebelum mendapat beasiswa dari Indonesia melalui World Bank.
Kayaknya waktu itu, anak muda Indonesia agak sukar mendapat beasiswa World Bank karena harus established dulu di satu institusi sebelum melamar untuk mendapat beasiswa tersebut.
Selama di perjalanan kami terus bersama dan ngobrol2 tentang macam2 hal.
Aku merasa merekalah yang ditunjuk untuk melindungi aku di perjalanan yang jauh ke tempat asing yang kutau hanya dari apa yang kubaca
dan kulihat di majalah.
Pak SM dan Pak E berangkat ke US untuk menyelesaikan Ph.D. di bidang masing2.
Waktu kami berpisah di San Fransisco, aku berangkat ke Tucson, Arizona
menuju University of Arizona
(U of A).
Pak E berangkat ke University of Illinois di Urbana Champaign untuk belajar di bidang Ekonomi. Memang banyak anak2 Indonesia yang belajar bidang Economi di University of Illinois, Urbana Champaign termasuk petinggi2 Indonesia sekarang ini seperti Bu Menteri Keuangan RI.
Pak SM berangkat ke Kansas City, Missouri yang tujuan akhir-nya ke Lawrence, Kansas. Pak SM waktu itu akan menyelesai-kan Ph.D. nya di Department of Pharmaceutical Chemistry, The University of Kansas (KU), di Lawrence, Kansas.
Secara tidak di duga, di department inilah aku sampai sekarang meniti karir sebagai Professor selama 32 tahun. Waktu itu aku nggak punya mimpi bahwa aku akan menjadi Professor di department yang mendidik Pak SM ini.
Professor V sebagai Ph.D. advisor-nya Pak SM masih ada disini sekarang. Prof. V sebagai kolega-ku di departemen kami dan sekarang dia sudah pensiun. What a small world…….after all ….seperti lagu yang selalu di-nyanyikan berulang-kali kalau naik sampan di Disneyland California sewaktu kami jalan2 dengan sobat2 anak2 Indonesia yang berada di Tucson yang sekolah di U of A.
Waktu aku pulang ke Indonesia Juni 2009 lalu, Istriku dan Aku ketemu Pak SM di rumah teman kami seorang Ibu Dosen M (Prof. di UGM) yang kami sama2 belajar di U of A.
Waktu di Jakarta, roommate ku H juga mengundang kami ngumpul2 di rumah nya bersama kawan2 yang dulunya sama2 students di U of A. We had a great time kongkow2 dengan kawan2 lama dan keluarga mereka. Kawan H ini sangat berprestasi tinggi di Indonesia. Dengan ilmu yang dipelajarinya di U of A, dia banyak membangun pabrik dan Kilang2 di Indonesia.
Setelah tiba di Tucson, Arizona, aku dijemput oleh seorang graduate student dari Jurusan Kimia di U of A bernama PE asal US. Aku tinggal dua hari di Apartemen-nya si PE sebelum bisa dapat apartmen sendiri.
Hari kedua dan ketiga, aku harus langsung mengambil lima ujian Qualifier untuk menentukan apakah aku harus mengambil Masters dulu atau bisa langsung ke PhD program.
Puji syukur, aku bisa lolos ujian preliminary dan bisa langsung ke PhD program tanpa melalui Masters.
Hari ketiga, Aku mencoba mencari apartment untuk tempat tinggal karena tidak enak berlama-lama tinggal pre-pre an di apartmentnya PE.
Waktu itu, aku hanya punya uang sekitar $200 USD lebih. Kupikir, aku bisa menyewa 1 bedroom apartment atau studio dengan uang yang ada ditangan tersebut.
Rencana ku, kemudian setelah dapat gaji bulan depan dari U of A sebagai Teaching Assistant (TA), aku bisa bayar sewa bulan kedua.
Setelah menemukan satu 1 bedroom apartment seharga $200 USD yang di tunjukkan Apartment Manager, aku merasa lega dan mengikuti sang Manager ke kantor nya.
Aku diminta mengisi formulir kontrak untuk menyewa apartment selama setahun. Setelah mengisi formulir, aku memberikan nya ke sang Manager.
Dia berucap, “Sekarang saya butuh $400 dari anda!”
Kujawab, “Bah….kok 400 dollars? Kan apartment nya 200 dollars?”
Jantung ku mulai berdetak keras karena agak panik. Dalam hatiku, aku cuma punya 200 dollars. Gimana nih nanti mau makan?
Tadinya kupikir aku bisa bayar Apartment di akhir bulan kalau gaji ku dari U of A sudah kuterima. Tapi malah aku diminta menyerahkan uang 200 dollar ku.
Manager menjawab, “Kamu harus bayar di depan sekarang uang sewa bulan pertama sebesar $200
dan sewa bulan ke 12 sebesar $200.”
Ini memang sudah cara2 standard di US. Ini alasannya adalah untuk jaminan kalau kita mabur sebelum kontrak 1 tahun selesai; kallau ini terjadi, mereka sudah punya jaminan $200 untuk bulan ke 12. Memang agak sukar menyewa kan apartment pada saat di pertengahan semester.
Aku menjawab, “Aku cuma punya uang $200, nanti kalau sudah dapat gaji akhir bulan ini aku kasi $200
untuk bulan ke 12.” Waktu itu gajiku sekitar $380 perbulan.
Manager, “Nggak bisa! Ini syarat kontrak nya!”
Ku jawab, “Aku TA di U of A dan punya gaji, bisa kamu check!”
Manager, “Sorry, aku harus mengikuti peraturan yang punya apartment.” Sang Manager merobek formulir kontrak ku dan membuang nya ke tong sampah.
Dengan sangat kecewa, murung, dan panik, aku berjalan kaki kembali ke Department Kimia di U of A karena sore itu aku harus mengikuti ujian qualifier terakhir.
Aku duduk merenung sambil duduk
di tangga jalan menuju gedung ruang ujian Qualifier di bawah langit biru dan matahari cerah Tucson.
Sewaktu sedang melamun, aku teringat bahwa ada Anak Fisika UI 77 bernama LS yang juga diterima menjadi Graduate Student dan TA di jurusan Fisika U of A.
Aku langsung beranjak dari duduk di tangga menuju Gedung Fisika yang dekat dengan Gedung Kimia untuk menemui LS.
Dia berangkat ke Tucson sebulan sebelum aku berangkat. LS sekarang sebagai Professor di Astrophysics Department di Clemson University, South Carolina, US.
Setiba di Physics Department, aku tak menemui LS. Aku menanya-nanya ada yang kenal LS atau tidak. Salah satu graduate student disitu memberitahukan ke Aku bahwa LS sedang mengikuti Orientasi TA. Dia bilang, “Tulis aja note dan itu mailbox nya si LS.”
Aku menulis note buat LS, menerangkan bahwa aku baru datang dan mencari apartment atau roommate. Kuterangkan bahwa aku lagi mengambil satu lagi ujian qualifier di Ruang 203 di gedung Old Chemistry.
Aku kembali ke gedung Old Chemistry menuju ruang 203. Aku mengambil ujian Biochemistry selama 2 jam. Setelah selesai, aku keluar gedung dan kulihat LS sudah menunggu di luar ruang 203. Sambil tersenyum khas nya LS menyapa, “Hi Tr”
sambil menyalam aku.
“Hi S” kujawab sambil tersenyum dan langsung berucap “Terima kasih banyak S. Seperti yang kusebutkan di note ku ke kamu, aku sudah agak panik untuk mencari apartment. Dan
uangku tidak cukup untuk bayar first and last month rents. Aku harus punya roommate.”
Dia bilang, “Tr... Anak Indonesia bernama H nggak punya roommate dan dia pengen cari roommate….apa kau mau tinggal sama dia.”
Ku jawab: ”Pastilah S. Uangku tak cukup untuk punya apartment sendiri. Dua minggu lagi kita harus kuliah dan ngajar di lab……..”
Langsung si S menelefon H..…..dan sore itu aku langsung di jemput oleh Mas Hd dan Mas Gt dengan mobil Ford LTD biru nya untuk aku pindah dari apartemen si PE ke apartemen si H.
Karena pengalaman ini, aku dan istriku selalu mencoba membantu murid2 ku yang datang dari berbagai penjuru dunia especially dari Indonesia ke KU.
Istriku, selalu mempersiapkan alat2 kitchen wares (panci2, gelas, sendok-garpu, dll), bedding accessories (selimut, pillow case, bed covering) dll supaya murid2 ku yang perantau ini segera nyaman untuk belajar di KU.
Kalau di pikir2, aku selalu beruntung mendapat kesempatan besar dan kalau ada tantangan, aku selalu dapat pertolongan dari orang2 di sekitarku.
Life is good!
Comments
Post a Comment